Senin, 28 Februari 2011

Mengapa bangsa Asia kalah dgn bangsa Barat

Waktu dapet email tulisan ini dari salah satu rekan kerja , jadi tertarik untuk menyimak dan menshare juga lewat blog ini.

Semoga berguna bagi pembaca

Mengapa bangsa Asia kalah dgn bangsa Barat

Prof. Ng Aik Kwang dari University of Queensland, dalam bukunya "Why
Asians Are Less Creative Than Westerners" (2001) yang dianggap
kontroversial tapi ternyata menjadi "best seller".
(
www.idearesort.com/trainers/T01.p) mengemukakan beberapa hal ttg
bangsa-bangsa Asia yang telah membuka mata dan pikiran banyak orang:

1. Bagi kebanyakan org Asia, dlm budaya mereka, ukuran sukses dalam
hidup adalah banyaknya materi yang dimiliki (rumah, mobil, uang dan
harta lain). Passion (rasa cinta thdp sesuatu) kurang dihargai.
Akibatnya, bidang kreatifitas kalah populer oleh profesi dokter, lawyer,
dan sejenisnya yang dianggap bisa lebih cepat menjadikan seorang utk
memiliki kekayaan banyak.

2. Bagi org Asia, banyaknya kekayaan yg dimiliki lbh dihargai drpd CARA
memperoleh kekayaan tersebut. Tidak heran bila lebih banyak orang
menyukai ceritera, novel, sinetron atau film yang bertema orang miskin
jadi kaya mendadak karena beruntung menemukan harta karun, atau
dijadikan istri oleh pangeran dan sejenis itu. Tidak heran pula bila
perilaku koruptif pun ditolerir/ diterima sbg sesuatu yg wajar.

3. Bagi org Asia, pendidikan identik dengan hafalan berbasis "kunci
jawaban" bukan pada pengertian. Ujian Nasional, tes masuk PT dll semua
berbasis hafalan. Sampai tingkat sarjana, mahasiswa diharuskan hafal
rumus2 Imu pasti dan ilmu hitung lainnya bukan diarahkan utk memahami
kapan dan bagaimana menggunakan rumus rumus tersebut.

4. Karena berbasis hafalan, murid2 di sekolah di Asia dijejali sebanyak
mungkin pelajaran. Mereka dididik menjadi "Jack of all trades, but
master of none" (tahu sedikit sedikit ttg banyak hal tapi tidak
menguasai apapun).

5. Karena berbasis hafalan, banyak pelajar Asia bisa jadi juara dlm
Olympiade Fisika, dan Matematika. Tapi hampir tidak pernah ada org Asia
yang menang Nobel atau hadiah internasional lainnya yg berbasis inovasi
dan kreativitas.

6. Orang Asia takut salah (KIASI) dan takut kalah (KIASU). Akibat- nya
sifat eksploratif sbg upaya memenuhi rasa penasaran dan keberanian
untuk mengambil resiko kurang dihargai.

7. Bagi kebanyakan bangsa Asia, bertanya artinya bodoh, makanya rasa
penasaran tidak mendapat tempat dalam proses pendidikan di sekolah

8. Karena takut salah dan takut dianggap bodoh, di sekolah atau dalam
seminar atau workshop, peserta jarang mau bertanya tetapi stlh sesi
berakhir peserta mengerumuni guru / narasumber utk minta penjelasan
tambahan.

Note: Secara pribadi saya sangat setuju dengan apa yang di kemukakan
Prof Ng Aik Wang. Karena hal itu juga juga saya rasakan dan telah
menjadi keprihatinan saya sejak lama. Saya juga pernah jadi produk
(korban) sistem pendidikan Indonesia. Bila anda juga tertarik utk
mengetahui lebih banyak silahkan search di Google atau pesan buku nya
keAmazon.com

Dlm bukunya Prof.Ng Aik Kwang menawarkan bbrp solusi sbb:

1. Hargai proses. Hargailah org krn pengabdiannya bukan karena
kekayaannya. Percuma bangga naik haji atau membangun mesjid atau
pesantren tapi duitnya dari hasil korupsi

2. Hentikan pendidikan berbasis kunci jawaban. Biarkan murid memahami
bidang yang paling disukainya

3. Jangan jejali murid dgn banyak hafalan, apalagi matematika. Untuk apa
diciptakan kalkulator kalau jawaban utk X x Y harus dihapalkan? Biarkan
murid memilih sedikit mata pelajaran tapi benar2 dikuasainya

4. Biarkan anak memilih profesi berdasarkan PASSION (rasa cinta) nya
pada bidang itu, bukan memaksanya mengambil jurusan atau profesi
tertentu yg lebih cepat menghasilkan uang

5. Dasar kreativitas adlh rasa penasaran& berani ambil resiko. AYO
BERTANYA!

6. Guru adlh fasilitator, bukan dewa yang harus tahu segalanya. Mari
akui dgn bangga kl KT TDK TAU!

7. Passion manusia adalah anugerah Tuhan..sebagai orang tua kita
bertanggung-jawab untuk mengarahkan anak kita untuk menemukan passionnya
dan mensupportnya.

Mudah2an dengan begitu, kita bisa memiliki anak-anak dan cucu yang
kreatif, inovatif tapi juga memiliki integritas dan idealisme tinggi
tanpa korupsi



"sometimes what you see is not what you believing"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar