Selasa, 25 Januari 2011

Rumor Moto2 Pra Musim 2011

Ariane2 053, Satu Sasis Untuk Semua Mesin 600cc

Spanyol - Saat ini balap Moto2 memang hanya boleh menggunakan mesin 600cc dari Honda. Namun pengganti GP250 ini sangat potensial untuk dimasuki tim pabrikan. Itu sebabnya, mungkin suatu hari nanti Moto2 akan menggunakan mesin 600cc selain keluaran Honda.

Tidak ingin didahului oleh pemasok yang lain, Arianetech sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang desain, langsung meluncurkan desain motor, khususnya sasis yang sesuai dengan semua tipe mesin prototipe 600cc. Sebelumnya perusahaan ini telah membuat desain untuk motor, kereta api hingga aeronautika.


Bentuk sasis yang digunakan untuk bisa digunakan semua mesin motor berkapasitas 600cc

Arianetech saat ini sedang mengembangkan sebuah motor dengan spek Moto2 bernama Ariane2 053. kelebihannya adalah rangka yang dibangun, memiliki beberapa konfigurasi agar mampu menggunakan mesin spek Moto2 yang berbeda-beda. Ariane2 saat ini sudah bisa menggunakan 5 mesin berbeda milik Honda CBR600RR, Yamaha R6, Suzuki GSX600R, Kawasaki ZX-6R dan Triumph Daytona 675.

Ini satu langkah lebih maju, mengantisipasi jika nanti pabrikan lain meminta untuk larangan mesin non Honda dicabut. Contohnya jika Yamaha ingin turun di kelas ini, rasanya tidak mungkin jika tim Yamaha mau turun balap dengan mesin Honda.

Sehingga nantinya jika tim ingin menggunakan mesin baru, tak perlu repot untuk membangun dari awal. Cukup ganti mesin dengan menggunakan sasis dari Ariane2, dan tim itu pun langsung siap balapan.

Sumber: (otosport.otomotifnet.com)


Selasa, 18 Januari 2011

Kelompok 99


(sumber : unknown).
Apakah Anda termasuk anggota Kelompok 99? Apa yang sedang saya
bicarakan? Mari dengar suatu kisah terlebih dahulu dan baru Anda bisa
menjawabnya.

Zaman dahulu kala, hiduplah seorang Raja. Raja ini seharusnya puas
dengan kehidupannya, dengan segala harta benda dan kemewahan yang ia
miliki. Tapi Raja ini tidak seperti itu. Sang Raja selalu bertanya-tanya
mengapa ia tidak pernah puas dengan kehidupannya. Tentu saja, ia
memiliki perhatian semua orang kemana pun ia pergi, menghadiri jamuan
makan malam dan pesta yang mewah, tetapi, ia tetapi merasa ada sesuatu
yang kurang dan ia tidak tahu apa sebabnya.

Suatu hari, sang Raja bangun lebih pagi dari biasanya dan memutuskan
untuk berjalan-jalan di sekitar istananya. Sang Raja masuk ke dalam
ruang tamunya yang luas dan berhenti ketika ia mendengarkan seseorang
bernyanyi dengan riang... dan perhatiannya tertuju kepada salah satu
pembantunya. .. yang bersenandung gembira dan wajahnya memancarkan
sukacita serta kepuasan. Hal ini menarik perhatian sang Raja dan ia pun
memanggil si hamba masuk ke dalam ruangannya.

Pria ini, si hamba, masuk ke dalam ruangan sang Raja seperti yang telah
diperintahkan. Lalu sang Raja bertanya mengapa si hamba begitu riang
gembira. Kemudian, si hamba menjawab, "Yang Mulia, diri saya tidaklah
lebih dari seorang hamba, namun apa yang saya peroleh cukup untuk
menyenangkan istri dan anak-anak saya. Kami tidak memerlukan banyak,
sebuah atap di atas kepala kami dan makanan yang hangat untuk mengisi
perut kami. Istri dan anak-anak saya adalah sumber inspirasi saya,
mereka puas dengan apa yang bisa saya sediakan walaupun sedikit. Saya
bersukacita karena mereka bersukacita. "

Mendengar hal tersebut, sang Raja menyuruh si hamba keluar dan kemudian
memanggil asisten pribadinya masuk ke dalam ruangan.Sang Raja berusaha
mengkaji perasaan pribadinya dan mengkaitkan dengan kisah yang baru saja
didengarnya, berharap dirinya dapat menemukan suatu alasan mengapa ia
seharusnya dapat merasa puas dengan apa yang dapat diperoleh dengan
sekejap tetapi tidak, sedangkan hambanya hanya memperoleh sedikit harta
tetapi memiliki rasa kepuasan yang besar. Dengan penuh perhatian, sang
asisten pribadi mendengarkan ucapan sang Raja dan kemudian menarik
kesimpulan. Ujarnya, "Yang Mulia, saya percaya si hamba itu belum
menjadi bagian dari kelompok 99." "Kelompok 99? Apakah itu?" tanya sang
Raja. Kemudian, sang asisten pribadi menjawab, "Yang Mulia, untuk
mengetahui apa itu Kelompok 99, Yang Mulia harus melakukan hal ini...
letakkan 99 koin emas dalam sebuah kantung dan tinggalkan kantung
tersebut di depan rumah si hamba, setelah itu Yang Mulia akan mengerti
apa itu Kelompok 99."

Sore harinya, sang Raja mengatur agar si hamba memperoleh kantung yang
berisi 99 koin emas di depan rumahnya. Walaupun ada sedikit keraguan
mucul, dan sang Raja ingin memberikan 100 koin emas, namun ia menuruti
nasihat si asisten pribadi dan tetapi meletakkan 99 koin emas.

Esok harinya, ketika si hamba baru saja hendak melangkahkan kakinya
keluar rumah, matanya melihat sebuah kantung. Bertanya-tanya dalam
hatinya, ia membawa kantung itu masuk ke dalam dan membukanya. Ketika
melihat begitu banyak koin emas di dalamnya, ia langsung berteriak
girang. Koin emas... begitu banyak! Hampir ia tidak percaya. Kemudian ia
memanggil istri dan anak-anaknya keluar memperlihatkan temuannya. Si
hamba meletakkan kantung tersebut di atas meja, mengeluarkan seluruh
isinya dan mulai menghitung. Hanya 99 koin emas, dan ia pun merasa aneh.
Dihitungnya kembali, terus menerus dan tetap saja, hanya 99 koin emas.
Si hamba mulai bertanya-tanya, kemanakah koin yang satu lagi? Tidak
mungkin seseorang hanya meninggalkan 99 koin emas. Ia pun mulai
menggeledah seluruh rumahnya, mencari koin yang terakhir. Setelah ia
merasa letih dan putus asa, ia memutuskan untuk bekerja lebih keras lagi
untuk menggantikan 1 koin itu agar jumlahnya genap 100 koin emas.

Keesokan harinya, ia bangun dengan suasana hati yang benar-benar tidak
enak, berteriak-teriak kepada istri dan anak-anaknya, tidak menyadari
bahwa ia telah menghabiskan malam sebelumnya dengan bekerja keras agar
ia mampu membeli 1 koin emas. Si hamba bekerja seperti biasa, tetapi
tidak dengan suasana hati yang riang, bersiul-siul seperti biasanya. Dan
si hamba pun tidak menyadari bahwa sang Raja memperhatikan dirinya
ketika ia melakukan pekerjaan hariannya dengan bersungut-sungut.

Sang Raja bingung melihat sikap si hamba yang berubah begitu drastis,
lalu memanggil asisten pribadinya masuk ke dalam ruangan. Diceritakan
apa yang telah dilihatnya dan si asisten pribadinya tetap mendengarkan
dengan penuh perhatian. Sang Raja bertanya, bukankah seharusnya si hamba
itu lebih riang karena ia telah memiliki koin emas.

Jawab si asisten,"Ah. . tetapi, Yang Mulia, sekarang hamba itu secara
resmi telah masuk ke dalam Kelompok 99." Lanjutnya, "Kelompok 99 itu
hanyalah sebuah nama yang diberikan kepada orang-orang yang telah
memiliki semuanya tetapi tidak pernah merasa puas, dan mereka terus
bekerja keras mencoba mencari 1 koin emas yang terakhir agar genap 100
koin emas. Kita harusnya merasa bersyukur dengan apa yang ada, dan kita
bisa hidup dengan sedikit yang kita miliki. Tetapi ketika kita diberikan
yang lebih baik dan lebih banyak, kita menghendaki lebih! Tidak menjadi
orang yang sama lagi, yang puas dengan apa yang ada, tetapi kita terus
menghendaki lebih dan lebih dan memiliki keinginan seperti itu kita
membayar harga yang tidak kita pun sadari. Kehilangan waktu tidur,
kebahagiaan, dan menyakiti orang-orang yang berada di sekitar kita hanya
untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan kita sendiri. Orang-orang seperti
itulah yang tergabung dalam Kelompok 99!"

Mendengar hal itu, sang Raja memutuskan bahwa untuk selanjutnya, ia akan
mulai menghargai hal-hal yang kecil dalam hidup. *Berusaha untuk
memiliki lebih itu bagus, tetapi jangan berusaha terlalu keras sehingga
kita kehilangan orang-orang yang dekat dengan kita,
jangan pernah
menukar kebahagiaan dengan kemewahan
... .......*


Pemandangan suatu hari di Larantuka.

Eh pas mau beres-beres file di inbox ku kok sempet baca, artikel yg dulu di sharing sama temen.
Bagus juga sharing tersebut. Yan mengingatkan akan kebersamaan yang akhir-akhir ini mulai luntur.

Berikut ini saya postingkan, semoga menjadi kesejukan bagi pembaca yang budiman.
selamat menyimak.

*Pengalamanya sebagai kepala keluarga membentuk rasa solidaritas di dalam
dirinya.Rasa itu pula yang memacu dia untuk menjadikan rekan-rekan
senasibnya sebagai manusia berdaya.*


Suatu hari di Larantuka, NTT. Sebuah rumah dipadati oleh puluhan perempuan,
tua dan muda. Mereka tengah berdoa dengan melantunkan kidung-kidung pujian.
Tak lama kemudian, acara doa itu pun usai. Beberapa perempuan setengah baya
menghampiri seorang perempuan berjilbab. Memeluk dan membanjiri dia dengan
doa-doa penuh kasih. Diantara mereka bahkan ada yang menangis haru kala
melakukannya.

Nani Zulminarni tak mungkin melupakan peristiwa 5 tahun silam itu. Sebagai
seorang muslim, dirinya merasa kaget bercampur haru.Pikirnya, bagaimana bisa
mereka mau merayakan ulang tahunnyanya sekaligus mendoakan secara tulus
seseorang yang secara formal berbeda keyakinan dengan mereka? "Tapi itu
terjadi, dan saya sadar secara batin kami telah diikat dalam sebuah bentuk
persaudaraan yang melampau batas agama dan etnik,"ujar perempuan kelahiran
Ketapang, 10 September 1962 itu.

Rasa persaudaraan yang disebarkan oleh Nani berawal dari suatu tawaran di
tahun 2000. Saat itu, seorang rekannya di Komisi Nasional Hak Asasi
Perempuan (Komnas Perempuan), meminta tolong kepada dia untuk
mendokumentasikan kehidupan para janda korban konflik di seluruh Indonesia.
Tapi tidak serta merta Nani menerima permintaan itu. Dia malah
berpikir,"Kenapa hanya sekadar mendokumentasikan? Tidak lebih baikkah kalau
mereka sekaligus diberdayakan? "


Sebelum mengiyakan permintaan itu, Nani memutuskan untuk turun langsung
terlebih dahulu ke beberapa daerah konflik.Di Aceh, Maluku dan Kalimantan
Barat,Nani melihat kenyataan para janda korban konflik hidup dalam
penderitaan yang berlipat ganda. Selain harus melawan stigma sosial sebagai
janda, mereka juga harus menghidupi anak-anaknya, "Belum masalah menghadapi
trauma psikologis akibat pembantaian suami-suami mereka."

Nani sadar akan penderitaan mereka. Sebagai seorang yang baru bercerai, dia
pun dapat merasakan beratnya perjuangan mereka mengurus keluarga. "Saya yang
memiliki posisi agak baik dibanding mereka saja, merasa begitu berat secara
psikologis, hukum dan sosial, apalagi mereka"kata ibu dari tiga orang putera
itu.

Hampir di setiap kawasan, Nani menemukan masyarakat selalu menempatkan
janda dalam posisi yang sulit. Kontruksi sosial selalu mengaitkan para janda
hanya dengan status pernikahan dan nilai-nilai. Sedang posisi mereka yang
menjadi pengganti suami dalam menghidupi keluarga malah justru
ternafikan." Secara sosial, mereka tidak diakui sebagai kepala
keluarga,kendati tiap hari mereka bekerja cari kayu bakar ke hutan dan
melaut untuk menghidupi keluarganya, "ujar lulusan Fakultas Perikanan
Institut Pertanian Bogor (IPB) itu.

Itulah yang membuat Nani memutuskan untuk mengganti istilah "janda" dengan
pekka atau perempuan kepala keluarga.Istilah itu diambil Nani dari versi
bahasa Inggris "female headed house hold"."Saya memunculkan kata
itu,mengingat istilah janda sudah terlanjur berlumur tinta hitam,susah
sekali untuk membersihkannya, "tulis Nani dalam Jejak Air, sebuah buku
biografi politiknya.

Tidak hanya berwacana, pada Desember 2001 Nani meluncurkan sebuah program.
Dia memberinya nama Program Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga atau
disingkat Program Pekka.Hingga saat ini Program Pekka sudah mengkoordinasi
sekitar 10.000 rumah tangga di 8 provinsi.

Bentuk kegiatan Program Pekka meliputi berbagai hal. Mulai dari
pemberdayaan ekonomi para perempuan kepala keluarga hingga perajutan kembali
hubungan sosial di antara para perempuan korban konflik. Caranya antara lain
dengan, "Kami membentuk unit-unit usaha, membentuk koperasi dan menjalankan
unit simpan pinjam," ungkap Koordinator Nasional Program Pekka tersebut.


Semua aktifitas itu menjadikan para perempuan kepala keluarga menjadi
berdaya di masyarakat. Mereka tidak harus tergantung lagi kepada rasa belas
kasihan.Otomatis rasa percaya diri pun bertambah. Karena terbiasa diskusi,
beberapa perempuan kepala keluarga malah menjadi tokoh di lingkungan
masyarakatnya. Bahkan di sebuah desa di NTT, seorang perempuan yang aktif di
Program Pekka dipercaya masyarakat untuk memangku jabatan Kepala Desa.


Kendati sudah bisa dikatakan berhasil, tidak berarti Nani berpuas diri.
Bersama 32 tenaga lapangannya, tak jarang dia masih terjun langsung ke
daerah. Menurutnya, ada sebentuk kepuasan spiritual jika dia bertemu dan
bisa bertukar pandangan dengan sesama perempuan kepala keluarga."Kami memang
sudah seperti saudara yang saling menyintai,"katanya.

Ya, cinta memang telah menyatukan semua. Atas namanya, ribuan perempuan
dari ujung Barat hingga Timur merajut sebuah persaudaraan yang indah. Tanpa
kecurigaan, tanpa rasa benci. Tanpa batas suku, tanpa batas agama. Seperti
pemandangan suatu hari di Larantuka.

sumber : ngerumpi.comngerump i.com

Rabu, 12 Januari 2011

Aku Kembali

Hm, . ..
Sudah lama tidak membuka blog yang pernah aku buat. Tidak terasa sudah setahun blog ini tidak pernah aku buka, waktu berlalu begitu cepatnya.

Tidak terasa sekarang sudah tanggal 12 Januari 2011.
Kemarin itu sebenarnya ada tanggal yang unik, yaitu tanggal 11 bulan 1 tahun 2011
kalau disingkat menjadi 11-1-11

Sebenarnya ada yang unik di tahun 2011 ini yaitu menyangkut angka 1.
yang pertama adalah tahun baru : tangal 1 Januari 2011 akan disingkat 1-11-11
11 hari kemudian menjadi 11-1-11
memasuki bulan ke 11 yaitu 1 November 2011 maka ada yang menulis menjadi 1-11-11
hari ke 11 di bulan 11 adalah 11 November 2011 ada yang menulis menjadi 11-11-11

Menurut perenungan daku sendiri ada yang istimewa dengan angka 1 ini.
hm . .bukan, bukan kecap yang nomor 1
bukan juga aku yang nomor 1
... siapa yang nomor 1?

Dari dalam perenungan inilah sebagai orang yang percaya akan Tuhan, Tuhanlah yang menjadi nomor 1 dalam hidup ini.

Apakah di tahun 2010 dan tahun-tahun sebelumnya banyak bencana yang terjadi di negeri ini,karena orang sudah lupa mendengar dan memperhatikan Tuhan?
Semoga dengan kembalinya kita menomor satukan Tuhan dalam hidup ini, negeri ini dapat mengalami pemulihan. Adios

salam, Aji
Mazmur 118: 8 Lebih baik berlindung pada TUHAN dari pada percaya kepada manusia.