Senin, 28 Februari 2011
Mengapa bangsa Asia kalah dgn bangsa Barat
Semoga berguna bagi pembaca
Mengapa bangsa Asia kalah dgn bangsa Barat
Prof. Ng Aik Kwang dari University of Queensland, dalam bukunya "Why
Asians Are Less Creative Than Westerners" (2001) yang dianggap
kontroversial tapi ternyata menjadi "best seller".
(www.idearesort.com/trainers/T01.p) mengemukakan beberapa hal ttg
bangsa-bangsa Asia yang telah membuka mata dan pikiran banyak orang:
1. Bagi kebanyakan org Asia, dlm budaya mereka, ukuran sukses dalam
hidup adalah banyaknya materi yang dimiliki (rumah, mobil, uang dan
harta lain). Passion (rasa cinta thdp sesuatu) kurang dihargai.
Akibatnya, bidang kreatifitas kalah populer oleh profesi dokter, lawyer,
dan sejenisnya yang dianggap bisa lebih cepat menjadikan seorang utk
memiliki kekayaan banyak.
2. Bagi org Asia, banyaknya kekayaan yg dimiliki lbh dihargai drpd CARA
memperoleh kekayaan tersebut. Tidak heran bila lebih banyak orang
menyukai ceritera, novel, sinetron atau film yang bertema orang miskin
jadi kaya mendadak karena beruntung menemukan harta karun, atau
dijadikan istri oleh pangeran dan sejenis itu. Tidak heran pula bila
perilaku koruptif pun ditolerir/ diterima sbg sesuatu yg wajar.
3. Bagi org Asia, pendidikan identik dengan hafalan berbasis "kunci
jawaban" bukan pada pengertian. Ujian Nasional, tes masuk PT dll semua
berbasis hafalan. Sampai tingkat sarjana, mahasiswa diharuskan hafal
rumus2 Imu pasti dan ilmu hitung lainnya bukan diarahkan utk memahami
kapan dan bagaimana menggunakan rumus rumus tersebut.
4. Karena berbasis hafalan, murid2 di sekolah di Asia dijejali sebanyak
mungkin pelajaran. Mereka dididik menjadi "Jack of all trades, but
master of none" (tahu sedikit sedikit ttg banyak hal tapi tidak
menguasai apapun).
5. Karena berbasis hafalan, banyak pelajar Asia bisa jadi juara dlm
Olympiade Fisika, dan Matematika. Tapi hampir tidak pernah ada org Asia
yang menang Nobel atau hadiah internasional lainnya yg berbasis inovasi
dan kreativitas.
6. Orang Asia takut salah (KIASI) dan takut kalah (KIASU). Akibat- nya
sifat eksploratif sbg upaya memenuhi rasa penasaran dan keberanian
untuk mengambil resiko kurang dihargai.
7. Bagi kebanyakan bangsa Asia, bertanya artinya bodoh, makanya rasa
penasaran tidak mendapat tempat dalam proses pendidikan di sekolah
8. Karena takut salah dan takut dianggap bodoh, di sekolah atau dalam
seminar atau workshop, peserta jarang mau bertanya tetapi stlh sesi
berakhir peserta mengerumuni guru / narasumber utk minta penjelasan
tambahan.
Note: Secara pribadi saya sangat setuju dengan apa yang di kemukakan
Prof Ng Aik Wang. Karena hal itu juga juga saya rasakan dan telah
menjadi keprihatinan saya sejak lama. Saya juga pernah jadi produk
(korban) sistem pendidikan Indonesia. Bila anda juga tertarik utk
mengetahui lebih banyak silahkan search di Google atau pesan buku nya
keAmazon.com
Dlm bukunya Prof.Ng Aik Kwang menawarkan bbrp solusi sbb:
1. Hargai proses. Hargailah org krn pengabdiannya bukan karena
kekayaannya. Percuma bangga naik haji atau membangun mesjid atau
pesantren tapi duitnya dari hasil korupsi
2. Hentikan pendidikan berbasis kunci jawaban. Biarkan murid memahami
bidang yang paling disukainya
3. Jangan jejali murid dgn banyak hafalan, apalagi matematika. Untuk apa
diciptakan kalkulator kalau jawaban utk X x Y harus dihapalkan? Biarkan
murid memilih sedikit mata pelajaran tapi benar2 dikuasainya
4. Biarkan anak memilih profesi berdasarkan PASSION (rasa cinta) nya
pada bidang itu, bukan memaksanya mengambil jurusan atau profesi
tertentu yg lebih cepat menghasilkan uang
5. Dasar kreativitas adlh rasa penasaran& berani ambil resiko. AYO
BERTANYA!
6. Guru adlh fasilitator, bukan dewa yang harus tahu segalanya. Mari
akui dgn bangga kl KT TDK TAU!
7. Passion manusia adalah anugerah Tuhan..sebagai orang tua kita
bertanggung-jawab untuk mengarahkan anak kita untuk menemukan passionnya
dan mensupportnya.
Mudah2an dengan begitu, kita bisa memiliki anak-anak dan cucu yang
kreatif, inovatif tapi juga memiliki integritas dan idealisme tinggi
tanpa korupsi
"sometimes what you see is not what you believing"
Rabu, 09 Februari 2011
Mencinta Hingga Terluka
Www.pedulikonseling.or.id
Mencinta Hingga Terluka:
Proses Memaafkan
( Roswitha & Julianto)
Ada lima tahap penting dalam proses kita mengampuni orang lain. Pertama, adalah kemampuan menyadari dan menerima rasa sakit hati kita akibat perbuatan orang lain. Jangan menolak, menyangkal atau menganggap remeh sakit hati anda itu. Sadari juga akibat-akibat yang sudah ditimbulkan rasa sakit itu.
Kedua, cobalah memahami alasan orang itu menyakiti hati anda. Mengampuni hanya akan terjadi bila kita mengulurkan tangan kita kembali kepada pihak yang bersalah. Berusaha melihat nilai-nilai baik yang ada pada orang yang melukai kita. Belajar memahami dari perspektif orang tersebut, meski hal ini tidaklah mudah.
Ketiga sadarilah bahwa ada kalanya anda tidak sanggup memikul akibat itu sendirian.Anda perlu membagikan kesusahan dan penderitaan anda pada seseorang yang anda percayai. Ada kalanya anda frustrasi menghadapi kenyataan itu dan kadang menjadi begitu sayang diri. Misal, muncullah pertanyaan : ”mengapa saya harus mengalami hal ini.?” Kita juga perlu ingat bahwa masa lalu adalah kenyataan yang tidak dapat diubah, kita harus belajar menerimanya dan bahkan menjadikannya bagian penting dari pembentukan diri kita seutuhnya. Dengan kesadaran ini akan muncul kekuatan dan kemauan untuk membangun kembali hubungan dengan orang yang sudah melukai kita. Pengampunan berarti kita membuka dan membangun kembali hubungan yang sudah rusak dan retak tadi.
Keempat, kadang juga timbul kemarahan. Kita tidak mau menjadi korban dari kesalahan orang lain. Tahap kelima adalah, anda mulai menerima kenyataan anda terluka dan haryus menghadapi secara riel. Pada tahap ini anda berusaha menjadi pribadi yang tetap bahagia meski mengalami kesusahan akibat ulah orang lain.
Satu hal yang kita syukuri adalah bahwa pengalaman terluka ini akan membuat kita punya kekuatan untuk menghadapi luka yang akan terjadi di masa yang akan datang. Dalam sebuah relasi yang dekat dan kuat akan selalu ada kemungkinan untuk kita saling mengecewakan.
Tidak Memaafkan Adalah Kejahatan
Memaafkan atau tidak adalah sebuah pilihan. Memaafkan atau tidak adalah sebuah pencobaan yang besar. Kita harus memutuskan bagi diri kita sendiri, kita mengampuni atau tidak. Mengampuni memang berisiko. Kita berkorban perasaan, harga diri, dan lainnya. Tetapi bila kita memutuskan tidak mau mengampuni, itu juga pilihan yang berisiko. Ini dapat menyita energi, semangat bahkan kesehatan kita. Jika kita tidak mengampuni, itu justru menghukum diri kita sendiri. Dendam akan menghukum kita, merampas energi, waktu kita, menghancurkan kesenangan dan juga kesehatan kita. Pepatah Cina berkata, ”Siapa bermaksud membalas dendam, ia harus menggali dua lubang kubur”. Dendam juga dapat merusak hubungan pribadi kita dengan Allah.
Sebab hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya. Setelah ia mulai mengadakan perhitungan itu, dihadapkanlah kepadanya seorang yang berhutang sepuluh ribu talenta. Tetapi karena orang itu tidak mampu melunaskan hutangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta anak isterinya dan segala miliknya untuk pembayar hutangnya. Maka sujudlah hamba itu menyembah dia, katanya: Sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunaskan. Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya. Tetapi ketika hamba itu keluar, ia bertemu dengan seorang hamba lain yang berhutang seratus dinar kepadanya. Ia menangkap dan mencekik kawannya itu, katanya: Bayar hutangmu! Maka sujudlah kawannya itu dan memohon kepadanya: Sabarlah dahulu, hutangku itu akan kulunaskan. Tetapi ia menolak dan menyerahkan kawannya itu ke dalam penjara sampai dilunaskannya hutangnya. Melihat itu kawan-kawannya yang lain sangat sedih lalu menyampaikan segala yang terjadi kepada tuan mereka. Raja itu menyuruh memanggil orang itu dan berkata kepadanya: Hai hamba yang jahat, seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohonkannya kepadaku. Bukankah engkau pun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau?
Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkannya kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan seluruh hutangnya. Maka Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu."
Selain suatu kejahatan, tidak mengampuni adalah sebuah ikatan, sebuah penjara yang paling kejam. Hanya kuasa cinta Tuhan dapat membebaskan kita.
Beberapa Langkah Praktis Untuk Memaafkan :
1. Mengakui kebutuhan anda untuk disembuhkan
Bagi banyak orang hal ini bukan masalah, tetapi jika kita terluka dan tidak mengakui, maka jelas tidak ada tempat untuk pertolongan. Mengakui kebutuhan kita merupakan suatu tanda kesehatan mental yang baik dan bukti sikap yang jujur. Seringkali kita ingin mengakui tapi kita takut untuk ditolak. Kerelaan untuk belajar dan kerendahan-hatilah yang akan mengizinkan kesembuhan dimulai. Mulailah bersikap jujur dengan Allah, kemudian cari teman yang bisa mengerti keadaan anda. Kejujuran akan mendatangkan kasih karunia Allah dalam hidup kita.
2. Mengakui emosi yang negatif
Beberapa di antara kita mengarungi kehidupan dengan mengumpulkan emosi yang negatif. Kita tidak diajarkan bagaimana mengenali atau mengkomunikasikan perasaan kita sehingga kita menimbun kemarahan, kekecewaan, ketakutan, kepahitan dan emosi negatif lain sejak kanak-kanak. Kita menindih emosi negatif yang satu di atas yang lain, sama seperti menumpuk sampah. Proses penimbunan emosi ini menghasilkan akibat yang tragis.
Emosi itu sendiri bukanlah dosa. Emosi dapat menghasilkan sikap berdosa jika diarahkan dengan cara yang negatif kepada Allah, diri sendiri, dan orang lain. Untuk memutuskan lingkaran penindasan emosi mintalah Allah untuk memberi Anda kesempatan mengungkapkannya kepada orang yang mengerti anda dan memberikan dorongan untuk jujur dengan perasaan anda.
3. Belajar mengampuni
Mengampuni bukan sekedar melupakan kesalahan yang dilakukan seseorang terhadap kita. Mengampuni berarti memaafkan orang untuk kesalahan yang telah diperbuatnya. Mengampuni berarti menunjukkan kasih dan penerimaan, meskipun disakiti. Mengampuni seringkali merupakan suatu proses dan bukan suatu tindakan ‘sekali jadi’.
Pengampunan adalah membuat keputusan secara sadar untuk berhenti membenci karena kebencian itu sama sekali tidak ada gunanya. Kita terus mengampuni sampai rasa sakit itu hilang. Semakin dalam lukanya, semakin besar energi atau daya pengampunan itu diperlukan. Memaafkan bukanlah tindakan yang dilakukan kadang-kadang saja, melainkan merupakan sikap yang permanen. Sama seperti seorang dokter harus membersihkan luka di tubuh kita dan menjaga agar jangan terkena infeksi supaya dapat sembuh dengan baik. Begitu pula kita harus menjaga kebersihan luka-luka batin kita dari kepahitan supaya luka itu cepat sembuh.
Mengampuni adalah antiseptik bagi luka batin kita. Jika kita sudah menerima pengampunan secara cuma-cuma dari Tuhan. Dia meminta kita memaafkan sesama kita yang bersalah kepada kita.
Akhirnya, Menerima Maaf Melegakan Hati. Memaafkan Diri Sendiri itu Sehat. Memaafkan Sesama, itu Ilahi. Melatih Orang Memaafkan, itu Mulia. Membantu Orang Menerima Pengampunan Tuhan, itu memberinya Hidup Kekal.
Dari buku Mencinta Hingga Terluka (Gramedia)
Oleh:
Roswitha Ndraha dan Julianto Simanjuntak
Pengantar: Prof. Irwanto, Ph.D
(Guru Besar Fak Psikologi Unika Atmajaya Jakarta)
Endorsemen oleh Agung Adiprasetyo (CEO Kompas-Gramedia)
sumber : Peduli Konseling Nusantara
Visi: 1 Pusat Konseling setiap Kota (Pelikan, 2030)
"Harapkanlah hal-hal yg besar dari Allah; usahakanlah hal-hal besar bagi Allah." (William Carey)
Minggu, 06 Februari 2011
Rasa Malas

Rasa malas kerap digambarkan sebagai hilangnya motivasi seseorang untuk
melakukan kegiatan atau pekerjaan. Ini merupakan sejenis penyakit mental
yang dapat berakibat buruk dan sangat merugikan. Perasaan malas dapat
menyebabkan kinerja seseorang menjadi kacau karena tidak mengerjakan
tugas-tugasnya dengan baik. Segala macam kesuksesan tidak akan menghampiri
bila penyakit ini masih menempel dalam diri seseorang.
Menurut Edy Zaqeus, rasa malas diartikan sebagai keengganan seseorang
untuk melakukan sesuatu. Yang termasuk dalam keluarga besar malas adalah
menolak tugas, tidak disiplin, tidak tekun, rasa sungkan, suka menunda
pekerjaan, dan mengalihkan diri dari kewajiban. Malas berdampak terhadap
produktivitas kerja. Karena malas, seseorang menjadi tidak produktif
bahkan mengalami stagnasi. Badan terasa lesu, semangat dan gairah menurun,
ide pun tak mengalir. Akibatnya, kita tidak mempunyai kekuatan apa pun
untuk bekerja secara optimal. Jika dibiarkan berlarut-larut, penyakit
malas akan semakin ‘kronis’.
Negatif
Kebiasaan malas biasanya muncul lantaran kita suka mengaitkan pemikiran
dengan sudut pandang yang negatif. Saat membayangkan setumpuk tugas yang
harus dilakukan atau kegiatan lain yang menjadi tanggung jawab kita,
bukannya segera kita selesaikan pekerjaan itu, kita malah menundanya
sehingga mengundang stres.
Untuk mengatasi rasa malas, kita harus membuat tujuan dalam menjalankan
aktivitas sehari-hari. Tanpa tujuan yang benar, kita hanya bergerak secara
naluriah. Posisi seperti ini akan membuat kita menjadi pasif, yang
ditandai dengan selalu menunggu perintah, tergantung pada situasi, dan
cenderung menyerah kepada nasib. Untuk memunculkan gairah dan motivasi,
kita harus berani memutuskan tujuan hidup kita.
Selain itu, Anda perlu selalu mengasah kemampuan. Dengan memiliki
kemampuan yang baik, perasaan malas dapat segera diatasi. Dalam hal ini,
Anda dapat menghadapi dan menyelesaikan masalah di pekerjaan karena
memiliki kemampuan untuk melakukannya. Dengan sendirinya, ini akan
memperkuat rasa percaya diri, menebalkan komitmen pencapaian tujuan, dan
tentu saja menumbuhkan semangat. Sebaliknya, bila kita menolak aktivitas
pembelajaran, komitmen kita akan melemah yang pada gilirannya dapat
menurunkan semangat kerja dan menimbulkan kemalasan yang berkepanjangan.
Menambah pergaulan juga dapat mengatasi rasa malas yang timbul di kantor.
Sebaiknya Anda jangan terlalu lama duduk berdiam diri. Dengan bangkit dan
menghampiri orang-orang yang sedang tekun serta semangat dalam melakukan
pekerjaannya, akan membangkitan motivasi kita untuk bekerja. Pancaran
optimisme dan semangat itu dapat menginspirasi kita, bahkan menularkan
semangat yang sama kepada orang lain. Selain itu, menerapkan disiplin
dalam aktivitas sehari-hari merupakan obat mujarab untuk menumbuhkan
kebiasaan positif dalam diri kita.
Bangkit dari Malas
Bila segala daya dan upaya telah Anda lakukan namun perasaan malas itu
tetap bercokol dalam diri Anda, maka cobalah tips yang telah dipraktikkan
oleh Rahmadsyah, seorang Mind-Therapist, ini. Menurutnya, seseorang yang
mengetahui bahwa dirinya sedang malas dapat menggunakan perasaan itu
sebagai alat untuk mencapai hasrat terbesar. Bagaimana caranya? Berikut
ini cara yang pernah ia praktikkan:
Pertama, control the state.
Jika rasa malas merasuki tubuh dan pikiran Anda, segeralah mengubah
kondisi fisik Anda. Kalau tadinya Anda duduk dengan bahu agak turun ke
bawah, sehingga tubuh Anda tak bertenaga, lemah, lesu, letih, dan loyo,
sekarang bangkitlah dan berdiri tegak. Lihat ke atas, tarik napas yang
dalam, kemudian hembuskan kembali. Lakukan sebanyak 3x atau sampai Anda
merasa nyaman.
Kedua, visualisasikan mimpi Anda.
”Saya pernah mempraktikkan ini bersamaan dengan control the state dan
hasilnya luar biasa,” ungkap Rahmadsyah. Anthony Robbins juga menuliskan
dalam bukunya Awaken The Giant Within bahwa salah satu penyebab seseorang
tidak termotivasi hingga jadi tidak bersemangat dan bermalas-malasan,
karena mimpi-mimpi yang Anda tulis atau Anda inginkan, kurang
menginspirasi Anda untuk bertindak. Tatkala Anda mencoba
memvisualisasikannya, Anda telah melakukan perubahan besar. Anda telah
mengganti pikiran dan fokus, dari tatapan kosong, blank, tidak tahu harus
melakukan apa menjadi terisi gambaran besar akan terwujudnya cita-cita
Anda. Semakin kuat visualisasi Anda, gambar, suara, semakin detail Anda
melakukannya, semakin besar pula khasiatnya.
Sekalipun seseorang memiliki cita-cita atau impian yang besar, jika
kemalasannya mudah muncul, cita-cita atau impian besar itu akan tetap
tinggal di alam mimpi. Jadi, kalau kita ingin sukses, buanglah perasaan
malas Anda dan bangkitlah! ■ Muchamad Ifand
(di share dari milis)
Jadi pilihan di tangan kita
Jumat, 04 Februari 2011
Selasa, 25 Januari 2011
Rumor Moto2 Pra Musim 2011
Ariane2 053, Satu Sasis Untuk Semua Mesin 600cc
Spanyol - Saat ini balap Moto2 memang hanya boleh menggunakan mesin 600cc dari Honda. Namun pengganti GP250 ini sangat potensial untuk dimasuki tim pabrikan. Itu sebabnya, mungkin suatu hari nanti Moto2 akan menggunakan mesin 600cc selain keluaran Honda.
Tidak ingin didahului oleh pemasok yang lain, Arianetech sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang desain, langsung meluncurkan desain motor, khususnya sasis yang sesuai dengan semua tipe mesin prototipe 600cc. Sebelumnya perusahaan ini telah membuat desain untuk motor, kereta api hingga aeronautika.
Bentuk sasis yang digunakan untuk bisa digunakan semua mesin motor berkapasitas 600cc
Arianetech saat ini sedang mengembangkan sebuah motor dengan spek Moto2 bernama Ariane2 053. kelebihannya adalah rangka yang dibangun, memiliki beberapa konfigurasi agar mampu menggunakan mesin spek Moto2 yang berbeda-beda. Ariane2 saat ini sudah bisa menggunakan 5 mesin berbeda milik Honda CBR600RR, Yamaha R6, Suzuki GSX600R, Kawasaki ZX-6R dan Triumph Daytona 675.
Ini satu langkah lebih maju, mengantisipasi jika nanti pabrikan lain meminta untuk larangan mesin non Honda dicabut. Contohnya jika Yamaha ingin turun di kelas ini, rasanya tidak mungkin jika tim Yamaha mau turun balap dengan mesin Honda.
Sehingga nantinya jika tim ingin menggunakan mesin baru, tak perlu repot untuk membangun dari awal. Cukup ganti mesin dengan menggunakan sasis dari Ariane2, dan tim itu pun langsung siap balapan.
Sumber: (otosport.otomotifnet.com)
Selasa, 18 Januari 2011
Kelompok 99

(sumber : unknown).
Apakah Anda termasuk anggota Kelompok 99? Apa yang sedang saya
bicarakan? Mari dengar suatu kisah terlebih dahulu dan baru Anda bisa
menjawabnya.
Zaman dahulu kala, hiduplah seorang Raja. Raja ini seharusnya puas
dengan kehidupannya, dengan segala harta benda dan kemewahan yang ia
miliki. Tapi Raja ini tidak seperti itu. Sang Raja selalu bertanya-tanya
mengapa ia tidak pernah puas dengan kehidupannya. Tentu saja, ia
memiliki perhatian semua orang kemana pun ia pergi, menghadiri jamuan
makan malam dan pesta yang mewah, tetapi, ia tetapi merasa ada sesuatu
yang kurang dan ia tidak tahu apa sebabnya.
Suatu hari, sang Raja bangun lebih pagi dari biasanya dan memutuskan
untuk berjalan-jalan di sekitar istananya. Sang Raja masuk ke dalam
ruang tamunya yang luas dan berhenti ketika ia mendengarkan seseorang
bernyanyi dengan riang... dan perhatiannya tertuju kepada salah satu
pembantunya. .. yang bersenandung gembira dan wajahnya memancarkan
sukacita serta kepuasan. Hal ini menarik perhatian sang Raja dan ia pun
memanggil si hamba masuk ke dalam ruangannya.
Pria ini, si hamba, masuk ke dalam ruangan sang Raja seperti yang telah
diperintahkan. Lalu sang Raja bertanya mengapa si hamba begitu riang
gembira. Kemudian, si hamba menjawab, "Yang Mulia, diri saya tidaklah
lebih dari seorang hamba, namun apa yang saya peroleh cukup untuk
menyenangkan istri dan anak-anak saya. Kami tidak memerlukan banyak,
sebuah atap di atas kepala kami dan makanan yang hangat untuk mengisi
perut kami. Istri dan anak-anak saya adalah sumber inspirasi saya,
mereka puas dengan apa yang bisa saya sediakan walaupun sedikit. Saya
bersukacita karena mereka bersukacita. "
Mendengar hal tersebut, sang Raja menyuruh si hamba keluar dan kemudian
memanggil asisten pribadinya masuk ke dalam ruangan.Sang Raja berusaha
mengkaji perasaan pribadinya dan mengkaitkan dengan kisah yang baru saja
didengarnya, berharap dirinya dapat menemukan suatu alasan mengapa ia
seharusnya dapat merasa puas dengan apa yang dapat diperoleh dengan
sekejap tetapi tidak, sedangkan hambanya hanya memperoleh sedikit harta
tetapi memiliki rasa kepuasan yang besar. Dengan penuh perhatian, sang
asisten pribadi mendengarkan ucapan sang Raja dan kemudian menarik
kesimpulan. Ujarnya, "Yang Mulia, saya percaya si hamba itu belum
menjadi bagian dari kelompok 99." "Kelompok 99? Apakah itu?" tanya sang
Raja. Kemudian, sang asisten pribadi menjawab, "Yang Mulia, untuk
mengetahui apa itu Kelompok 99, Yang Mulia harus melakukan hal ini...
letakkan 99 koin emas dalam sebuah kantung dan tinggalkan kantung
tersebut di depan rumah si hamba, setelah itu Yang Mulia akan mengerti
apa itu Kelompok 99."
Sore harinya, sang Raja mengatur agar si hamba memperoleh kantung yang
berisi 99 koin emas di depan rumahnya. Walaupun ada sedikit keraguan
mucul, dan sang Raja ingin memberikan 100 koin emas, namun ia menuruti
nasihat si asisten pribadi dan tetapi meletakkan 99 koin emas.
Esok harinya, ketika si hamba baru saja hendak melangkahkan kakinya
keluar rumah, matanya melihat sebuah kantung. Bertanya-tanya dalam
hatinya, ia membawa kantung itu masuk ke dalam dan membukanya. Ketika
melihat begitu banyak koin emas di dalamnya, ia langsung berteriak
girang. Koin emas... begitu banyak! Hampir ia tidak percaya. Kemudian ia
memanggil istri dan anak-anaknya keluar memperlihatkan temuannya. Si
hamba meletakkan kantung tersebut di atas meja, mengeluarkan seluruh
isinya dan mulai menghitung. Hanya 99 koin emas, dan ia pun merasa aneh.
Dihitungnya kembali, terus menerus dan tetap saja, hanya 99 koin emas.
Si hamba mulai bertanya-tanya, kemanakah koin yang satu lagi? Tidak
mungkin seseorang hanya meninggalkan 99 koin emas. Ia pun mulai
menggeledah seluruh rumahnya, mencari koin yang terakhir. Setelah ia
merasa letih dan putus asa, ia memutuskan untuk bekerja lebih keras lagi
untuk menggantikan 1 koin itu agar jumlahnya genap 100 koin emas.
Keesokan harinya, ia bangun dengan suasana hati yang benar-benar tidak
enak, berteriak-teriak kepada istri dan anak-anaknya, tidak menyadari
bahwa ia telah menghabiskan malam sebelumnya dengan bekerja keras agar
ia mampu membeli 1 koin emas. Si hamba bekerja seperti biasa, tetapi
tidak dengan suasana hati yang riang, bersiul-siul seperti biasanya. Dan
si hamba pun tidak menyadari bahwa sang Raja memperhatikan dirinya
ketika ia melakukan pekerjaan hariannya dengan bersungut-sungut.
Sang Raja bingung melihat sikap si hamba yang berubah begitu drastis,
lalu memanggil asisten pribadinya masuk ke dalam ruangan. Diceritakan
apa yang telah dilihatnya dan si asisten pribadinya tetap mendengarkan
dengan penuh perhatian. Sang Raja bertanya, bukankah seharusnya si hamba
itu lebih riang karena ia telah memiliki koin emas.
Jawab si asisten,"Ah. . tetapi, Yang Mulia, sekarang hamba itu secara
resmi telah masuk ke dalam Kelompok 99." Lanjutnya, "Kelompok 99 itu
hanyalah sebuah nama yang diberikan kepada orang-orang yang telah
memiliki semuanya tetapi tidak pernah merasa puas, dan mereka terus
bekerja keras mencoba mencari 1 koin emas yang terakhir agar genap 100
koin emas. Kita harusnya merasa bersyukur dengan apa yang ada, dan kita
bisa hidup dengan sedikit yang kita miliki. Tetapi ketika kita diberikan
yang lebih baik dan lebih banyak, kita menghendaki lebih! Tidak menjadi
orang yang sama lagi, yang puas dengan apa yang ada, tetapi kita terus
menghendaki lebih dan lebih dan memiliki keinginan seperti itu kita
membayar harga yang tidak kita pun sadari. Kehilangan waktu tidur,
kebahagiaan, dan menyakiti orang-orang yang berada di sekitar kita hanya
untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan kita sendiri. Orang-orang seperti
itulah yang tergabung dalam Kelompok 99!"
Mendengar hal itu, sang Raja memutuskan bahwa untuk selanjutnya, ia akan
mulai menghargai hal-hal yang kecil dalam hidup. *Berusaha untuk
memiliki lebih itu bagus, tetapi jangan berusaha terlalu keras sehingga
kita kehilangan orang-orang yang dekat dengan kita, jangan pernah
menukar kebahagiaan dengan kemewahan... .......*
Pemandangan suatu hari di Larantuka.
Bagus juga sharing tersebut. Yan mengingatkan akan kebersamaan yang akhir-akhir ini mulai luntur.
Berikut ini saya postingkan, semoga menjadi kesejukan bagi pembaca yang budiman.
selamat menyimak.
*Pengalamanya sebagai kepala keluarga membentuk rasa solidaritas di dalam
dirinya.Rasa itu pula yang memacu dia untuk menjadikan rekan-rekan
senasibnya sebagai manusia berdaya.*
Suatu hari di Larantuka, NTT. Sebuah rumah dipadati oleh puluhan perempuan,
tua dan muda. Mereka tengah berdoa dengan melantunkan kidung-kidung pujian.
Tak lama kemudian, acara doa itu pun usai. Beberapa perempuan setengah baya
menghampiri seorang perempuan berjilbab. Memeluk dan membanjiri dia dengan
doa-doa penuh kasih. Diantara mereka bahkan ada yang menangis haru kala
melakukannya.
Nani Zulminarni tak mungkin melupakan peristiwa 5 tahun silam itu. Sebagai
seorang muslim, dirinya merasa kaget bercampur haru.Pikirnya, bagaimana bisa
mereka mau merayakan ulang tahunnyanya sekaligus mendoakan secara tulus
seseorang yang secara formal berbeda keyakinan dengan mereka? "Tapi itu
terjadi, dan saya sadar secara batin kami telah diikat dalam sebuah bentuk
persaudaraan yang melampau batas agama dan etnik,"ujar perempuan kelahiran
Ketapang, 10 September 1962 itu.
Rasa persaudaraan yang disebarkan oleh Nani berawal dari suatu tawaran di
tahun 2000. Saat itu, seorang rekannya di Komisi Nasional Hak Asasi
Perempuan (Komnas Perempuan), meminta tolong kepada dia untuk
mendokumentasikan kehidupan para janda korban konflik di seluruh Indonesia.
Tapi tidak serta merta Nani menerima permintaan itu. Dia malah
berpikir,"Kenapa hanya sekadar mendokumentasikan? Tidak lebih baikkah kalau
mereka sekaligus diberdayakan? "
Sebelum mengiyakan permintaan itu, Nani memutuskan untuk turun langsung
terlebih dahulu ke beberapa daerah konflik.Di Aceh, Maluku dan Kalimantan
Barat,Nani melihat kenyataan para janda korban konflik hidup dalam
penderitaan yang berlipat ganda. Selain harus melawan stigma sosial sebagai
janda, mereka juga harus menghidupi anak-anaknya, "Belum masalah menghadapi
trauma psikologis akibat pembantaian suami-suami mereka."
Nani sadar akan penderitaan mereka. Sebagai seorang yang baru bercerai, dia
pun dapat merasakan beratnya perjuangan mereka mengurus keluarga. "Saya yang
memiliki posisi agak baik dibanding mereka saja, merasa begitu berat secara
psikologis, hukum dan sosial, apalagi mereka"kata ibu dari tiga orang putera
itu.
Hampir di setiap kawasan, Nani menemukan masyarakat selalu menempatkan
janda dalam posisi yang sulit. Kontruksi sosial selalu mengaitkan para janda
hanya dengan status pernikahan dan nilai-nilai. Sedang posisi mereka yang
menjadi pengganti suami dalam menghidupi keluarga malah justru
ternafikan." Secara sosial, mereka tidak diakui sebagai kepala
keluarga,kendati tiap hari mereka bekerja cari kayu bakar ke hutan dan
melaut untuk menghidupi keluarganya, "ujar lulusan Fakultas Perikanan
Institut Pertanian Bogor (IPB) itu.
Itulah yang membuat Nani memutuskan untuk mengganti istilah "janda" dengan
pekka atau perempuan kepala keluarga.Istilah itu diambil Nani dari versi
bahasa Inggris "female headed house hold"."Saya memunculkan kata
itu,mengingat istilah janda sudah terlanjur berlumur tinta hitam,susah
sekali untuk membersihkannya, "tulis Nani dalam Jejak Air, sebuah buku
biografi politiknya.
Tidak hanya berwacana, pada Desember 2001 Nani meluncurkan sebuah program.
Dia memberinya nama Program Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga atau
disingkat Program Pekka.Hingga saat ini Program Pekka sudah mengkoordinasi
sekitar 10.000 rumah tangga di 8 provinsi.
Bentuk kegiatan Program Pekka meliputi berbagai hal. Mulai dari
pemberdayaan ekonomi para perempuan kepala keluarga hingga perajutan kembali
hubungan sosial di antara para perempuan korban konflik. Caranya antara lain
dengan, "Kami membentuk unit-unit usaha, membentuk koperasi dan menjalankan
unit simpan pinjam," ungkap Koordinator Nasional Program Pekka tersebut.
Semua aktifitas itu menjadikan para perempuan kepala keluarga menjadi
berdaya di masyarakat. Mereka tidak harus tergantung lagi kepada rasa belas
kasihan.Otomatis rasa percaya diri pun bertambah. Karena terbiasa diskusi,
beberapa perempuan kepala keluarga malah menjadi tokoh di lingkungan
masyarakatnya. Bahkan di sebuah desa di NTT, seorang perempuan yang aktif di
Program Pekka dipercaya masyarakat untuk memangku jabatan Kepala Desa.
Kendati sudah bisa dikatakan berhasil, tidak berarti Nani berpuas diri.
Bersama 32 tenaga lapangannya, tak jarang dia masih terjun langsung ke
daerah. Menurutnya, ada sebentuk kepuasan spiritual jika dia bertemu dan
bisa bertukar pandangan dengan sesama perempuan kepala keluarga."Kami memang
sudah seperti saudara yang saling menyintai,"katanya.
Ya, cinta memang telah menyatukan semua. Atas namanya, ribuan perempuan
dari ujung Barat hingga Timur merajut sebuah persaudaraan yang indah. Tanpa
kecurigaan, tanpa rasa benci. Tanpa batas suku, tanpa batas agama. Seperti
pemandangan suatu hari di Larantuka.
sumber : ngerumpi.comngerump i.com