Tampilkan postingan dengan label Nilai-nilai Kehidupan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Nilai-nilai Kehidupan. Tampilkan semua postingan

Minggu, 07 Agustus 2011

CINTA SEJATI.....

Daku nerima cerita singkat dibawah ini, jadi tertarik untuk membagikan di blog ini.
semoga bermanfaat bagi pembaca/ keluarga sekalian.
(sayang kurang jelas asal-muasal cerita tersebut)


salam, Aji


Pagi itu Unit Pelayanan Kesehatan Umat (klinik) sangat sibuk.

Sekitar jam 10:30 seorang pria berusia 70-an datang ut membuka jahitan pd luka di ibu-jarinya.

Saya menyiapkan berkasnya dan memintanya menunggu, sebab semua dokter msh sibuk, mungkin dia baru dapat ditangani setidaknya 1 jam lagi. Sewaktu menunggu, pria tua itu nampak gelisah, sebentar-sebentar melirik ke jam tangannya.

Saya merasa kasihan. Jadi ketika sedang luang saya sempatkan utk memeriksa lukanya, dan nampaknya cukup baik dan kering, tinggal membuka jahitan dan memasang perban baru.

Pekerjaan yg tdk terlalu sulit, shg atas persetujuan dokter, saya putuskan utk melakukannya sendiri.

Sambil menangani lukanya, saya bertanya apakah dia punya janji lain hingga tampak terburu-buru.

Lelaki tua itu menjawab tdk, dia hanya hendak ke Rumah jompo utk makan siang bersama istrinya, seperti yg dilakukannya se hari2.

Dia menceritakan bhw istrinya sudah dirawat disana sejak bbrp waktu dan istrinya mengidap penyakit Alzheimer.

Lalu saya bertanya apakah istrinya akan marah kalau dia datang terlambat.

Dia menjawab bhw istrinya sudah tdk lagi dapat mengenalinya sejak 5 tahun terakhir.

Saya sangat terkejut dan berkata: " Bpk masih pergi ke sana setiap hari walaupun istri Bpk tdk kenal lagi?

Dia tersenyum sambil tangannya menepuk tangan saya dan berkata :"

Dia memang tdk mengenali saya lagi, tetapi saya masih mengenali dia, kan? "

Saya terus menahan haru sampai pria tua itu pergi, tangan saya masih tetap merinding.

Cinta kasih semulia itulah yg saya inginkan dlm hidup.

Cinta sesungguhnya tdk bersifat fisik atau romantis.

Cinta sejati adalah menerima apa adanya yg terjadi saat ini, yg sudah terjadi, yg akan terjadi,dan yg tdk akan pernah terjadi.

Bagi saya pengalaman ini menyampaikan satu pesan penting:

Orang yang paling berbahagia tidaklah harus memiliki segala sesuatu yg terbaik,tp mrk Berbuat yg terbaik dgn apa yg mereka miliki ........O:) :) :(


Selasa, 05 Juli 2011

Memaafkan Bisa Menyehatkan

Membaca ulasan di health kompas sangat bagus juga untuk bisa dishare di blog ini.
semoga bermanfaat bagi pembaca.

salam

http://health.kompas.com/index.php/read/2011/07/05/11292628/Memaafkan.Bisa.Menyehatkan
Memaafkan Bisa Menyehatkan

“Sorry is the hardest word to say". Begitulah lirik sebuah lagu yang
menggambarkan betapa sulitnya memberi dan meminta maaf. Bukan hanya
memaafkan orang lain, terkadang memaafkan diri sendiri juga bukan
perkara mudah. Dibutuhkan pengorbanan dan keberanian.
Padahal, terus-menerus memendam kemarahan hanya akan merugikan diri
sendiri. Bahkan apabila rasa benci itu terus menguasai, Anda berisiko
menderita banyak penyakit. Orang yang tidak bisa memaafkan umumnya
akan merasa lebih cemas, takut, dan pemarah.
Kebencian kronis memiliki efek yang dapat melemahkan Anda. Karena
kebencian tersebut akan menimbulkan kemarahan, rasa bersalah,
permusuhan, dan sakit hati dari waktu ke waktu. Emosi bisa melepaskan
hormon kortisol, yang bisa berakibat buruk bagi kesehatan Anda.
Di sisi lain, belajar memaafkan memberikan banyak manfaat kesehatan,
beberapa diantaranya adalah:
* Meningkatkan respon imun,
* Menurunkan tekanan darah
* Meningkatkan tidur
* Mengurangi kecemasan dan depresi
* Meningkatkan harga diri
* Memberikan Anda ketenangan pikiran.
Hal di atas hanya sebagian kecil manfaat yang ditawarkan kepada Anda
dengan memaafkan orang lain. Jadi, mengapa Anda tidak mencoba untuk
menanamkan kebiasaan tersebut mulai dari sekarang untuk mendapatkan
manfaat kesehatan yang begitu banyak.
Satu atau dua kejadian buruk di masa lalu janganlah sampai
mempengaruhi kehidupan Anda saat ini. Yang lalu biarkanlah berlalu,
karena hidup akan terus berjalan. Oleh karena itu, perlu untuk
seseorang belajar mengampuni diri sendiri dan orang lain!

Bagaimana cara memaafkan?
- Terima situasinya. Apa yang terjadi di masa lalu tidak bisa diubah
lagi, jadi terimalah fakta itu. Tak ada seorang pun yang sempurna.
- Lepaskan. Memaafkan bukan berarti melupakan yang terjadi. Ini
berarti Anda tak lagi menciptakan emosi yang sama dengan yang pernah
dirasakan lagi dan lagi dalam pikiran. Belajarlah dari situasi dan
bergeraklah.
- Hindari kata negatif. Kata-kata memiliki kekuatan tersembunyi.
"Tidak", dan "tak pernah", akan membuat Anda makin terbenam dalam
ingatan masa lalu. Jadi, kalimat seperti "saya tak akan pernah bisa
bertemu dengannya," atau "saya tak akan lupa apa yang telah dia
lakukan," harus dihindari.
- Tuliskan dan hancurkan. Tuliskan semua hal yang pernah dilakukan dan
Anda rasa salah atau apa yang orang lain lakukan terhadap Anda.
Menulis bisa membantu membersihkan pikiran. Latihan ini akan membantu
Anda menemukan masalah-masalah yang belum terselesaikan dalam pikiran
Anda.
- Berhenti menghakimi diri sendiri. Ijinkan diri Anda untuk berbuat
salah. Bersikap baiklah dan cintai diri sendiri. Memilih untuk
memaafkan diri kemudian maju selangkah dan lepaskan masa lalu. Jika
Anda merasa telah mengecewakan seseorang, tak ada salahnya Anda
menemuinya dan secara langsung minta maaf. Anda juga harus memahami
apa yang pernah Anda perbuat mungkin tak sebesar itu melukai dirinya.
Meminta maaf langsung juga akan membebaskan Anda dari derita pikiran.

Senin, 13 Juni 2011

Khusu buat kaum Pria yahh . :)

Artikel singkat ini saya copas dari bang Jul, temen milis,
semoga berguna bagi pembaca sekalian, khususnya kaum pria
(walau kaum wanita masih bisa ngintip)

Penting kah kaya itu ?


Seringkali kita mendengar pria lebih memilih untuk melajang lebih lama dengan alasan-alasan ekonomi.
Lebih spesifiknya mungkin ingin punya rumah pribadi dulu, punya mobil dulu, punya gaji sekian juta dulu atau tabungan beberapa ratus juta untuk sebuah pesta pernikahan. Karenanya, sebelum menikah, para pria bekerja ekstra keras mengumpulkan uang demi kemapanan.

Ini tidak salah.
Sudah selayaknya untuk punya kehidupan yang aman secara finansial saat berumah tangga dan memberikan kenyamanan bagi isteri.
Tetapi, pada saat kemapanan itu sudah dimiliki, ada situasi yang bisa menjebak para pria.
Saat seorang pria sudah begitu kaya, maka semua jenis wanita akan datang kepada dia menawarkan cinta.
Dan akhirnya semua menjadi buram, apakah mereka datang karena cinta atau mencintai uang kita.
Sampai akhirnya sesuatu yang buruk terjadi, hingga kita menyesal kenapa kita bisa menjadi begitu kaya.
Wanita mana yang tidak akan datang bila kamu begitu tampan, cerdas, kaya dan muda?
Semua ingin merasakan Jaguarmu, tidur di atas kasur airmu, tinggal di apartemen mewahmu dan berdampingan dengan pria berjas Kiton.

Itu semua gambaran bahwa uang dapat memanipulasi perasaan dan parahnya itu adalah uangmu!
Bila saat ini kamu memiliki mobil dan seorang pacar, kamu tidak akan pernah tahu, apakah wanita ini masih mencintaimu kalau suatu saat kamu hanya naik sepeda motor.
Bagaimana kalau kamu tak lagi punya rumah pribadi dan hanya ada tempe di atas meja makan.
Taukah kamu? Tidak!
Karena dia datang pada saat kamu bisa memberikannya kenyamanan finansial yang dia idam-idamkan.
Cintakah yang kamu punya? Bukan!
Kamu hanya memiliki wanita yang mencintai kenyamanan yang bisa kamu sediakan.

Beruntunglah bagi pasangan yang telah menikah dan mereka berdua memulainya dari bawah.
Mensyukuri mobil mereka, karena mereka berdua pernah merasakan panas-hujan dengan sepeda motor.
Menyenangi spring bed baru mereka, karena mereka berdua pernah tidur bersama di atas sebuah kasur busa kecil.
Terharu dengan rumah mungil mereka, karena dulu mereka pernah tinggal hanya di rumah kontrakan.
Beruntunglah para pria yang memiliki wanita yang begitu mencintai mereka dan mendampingi di saat-saat berjuang menuju kehidupan yang lebih baik.

Terima kasih Tuhan.

Laudate Dominum
- Julianto.dj -
http://www.istw.co.id/

Rabu, 09 Februari 2011

Mencinta Hingga Terluka

Info belajar konseling:
Www.pedulikonseling.or.id


Mencinta Hingga Terluka:
Proses Memaafkan
( Roswitha & Julianto)


Ada lima tahap penting dalam proses kita mengampuni orang lain. Pertama, adalah kemampuan menyadari dan menerima rasa sakit hati kita akibat perbuatan orang lain. Jangan menolak, menyangkal atau menganggap remeh sakit hati anda itu. Sadari juga akibat-akibat yang sudah ditimbulkan rasa sakit itu.

Kedua, cobalah memahami alasan orang itu menyakiti hati anda. Mengampuni hanya akan terjadi bila kita mengulurkan tangan kita kembali kepada pihak yang bersalah. Berusaha melihat nilai-nilai baik yang ada pada orang yang melukai kita. Belajar memahami dari perspektif orang tersebut, meski hal ini tidaklah mudah.

Ketiga sadarilah bahwa ada kalanya anda tidak sanggup memikul akibat itu sendirian.Anda perlu membagikan kesusahan dan penderitaan anda pada seseorang yang anda percayai. Ada kalanya anda frustrasi menghadapi kenyataan itu dan kadang menjadi begitu sayang diri. Misal, muncullah pertanyaan : ”mengapa saya harus mengalami hal ini.?” Kita juga perlu ingat bahwa masa lalu adalah kenyataan yang tidak dapat diubah, kita harus belajar menerimanya dan bahkan menjadikannya bagian penting dari pembentukan diri kita seutuhnya. Dengan kesadaran ini akan muncul kekuatan dan kemauan untuk membangun kembali hubungan dengan orang yang sudah melukai kita. Pengampunan berarti kita membuka dan membangun kembali hubungan yang sudah rusak dan retak tadi.

Keempat, kadang juga timbul kemarahan. Kita tidak mau menjadi korban dari kesalahan orang lain. Tahap kelima adalah, anda mulai menerima kenyataan anda terluka dan haryus menghadapi secara riel. Pada tahap ini anda berusaha menjadi pribadi yang tetap bahagia meski mengalami kesusahan akibat ulah orang lain.

Satu hal yang kita syukuri adalah bahwa pengalaman terluka ini akan membuat kita punya kekuatan untuk menghadapi luka yang akan terjadi di masa yang akan datang. Dalam sebuah relasi yang dekat dan kuat akan selalu ada kemungkinan untuk kita saling mengecewakan.

Tidak Memaafkan Adalah Kejahatan

Memaafkan atau tidak adalah sebuah pilihan. Memaafkan atau tidak adalah sebuah pencobaan yang besar. Kita harus memutuskan bagi diri kita sendiri, kita mengampuni atau tidak. Mengampuni memang berisiko. Kita berkorban perasaan, harga diri, dan lainnya. Tetapi bila kita memutuskan tidak mau mengampuni, itu juga pilihan yang berisiko. Ini dapat menyita energi, semangat bahkan kesehatan kita. Jika kita tidak mengampuni, itu justru menghukum diri kita sendiri. Dendam akan menghukum kita, merampas energi, waktu kita, menghancurkan kesenangan dan juga kesehatan kita. Pepatah Cina berkata, ”Siapa bermaksud membalas dendam, ia harus menggali dua lubang kubur”. Dendam juga dapat merusak hubungan pribadi kita dengan Allah.

Sebab hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya. Setelah ia mulai mengadakan perhitungan itu, dihadapkanlah kepadanya seorang yang berhutang sepuluh ribu talenta. Tetapi karena orang itu tidak mampu melunaskan hutangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta anak isterinya dan segala miliknya untuk pembayar hutangnya. Maka sujudlah hamba itu menyembah dia, katanya: Sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunaskan. Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya. Tetapi ketika hamba itu keluar, ia bertemu dengan seorang hamba lain yang berhutang seratus dinar kepadanya. Ia menangkap dan mencekik kawannya itu, katanya: Bayar hutangmu! Maka sujudlah kawannya itu dan memohon kepadanya: Sabarlah dahulu, hutangku itu akan kulunaskan. Tetapi ia menolak dan menyerahkan kawannya itu ke dalam penjara sampai dilunaskannya hutangnya. Melihat itu kawan-kawannya yang lain sangat sedih lalu menyampaikan segala yang terjadi kepada tuan mereka. Raja itu menyuruh memanggil orang itu dan berkata kepadanya: Hai hamba yang jahat, seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohonkannya kepadaku. Bukankah engkau pun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau?

Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkannya kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan seluruh hutangnya. Maka Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu."

Selain suatu kejahatan, tidak mengampuni adalah sebuah ikatan, sebuah penjara yang paling kejam. Hanya kuasa cinta Tuhan dapat membebaskan kita.

Beberapa Langkah Praktis Untuk Memaafkan :

1. Mengakui kebutuhan anda untuk disembuhkan

Bagi banyak orang hal ini bukan masalah, tetapi jika kita terluka dan tidak mengakui, maka jelas tidak ada tempat untuk pertolongan. Mengakui kebutuhan kita merupakan suatu tanda kesehatan mental yang baik dan bukti sikap yang jujur. Seringkali kita ingin mengakui tapi kita takut untuk ditolak. Kerelaan untuk belajar dan kerendahan-hatilah yang akan mengizinkan kesembuhan dimulai. Mulailah bersikap jujur dengan Allah, kemudian cari teman yang bisa mengerti keadaan anda. Kejujuran akan mendatangkan kasih karunia Allah dalam hidup kita.

2. Mengakui emosi yang negatif

Beberapa di antara kita mengarungi kehidupan dengan mengumpulkan emosi yang negatif. Kita tidak diajarkan bagaimana mengenali atau mengkomunikasikan perasaan kita sehingga kita menimbun kemarahan, kekecewaan, ketakutan, kepahitan dan emosi negatif lain sejak kanak-kanak. Kita menindih emosi negatif yang satu di atas yang lain, sama seperti menumpuk sampah. Proses penimbunan emosi ini menghasilkan akibat yang tragis.

Emosi itu sendiri bukanlah dosa. Emosi dapat menghasilkan sikap berdosa jika diarahkan dengan cara yang negatif kepada Allah, diri sendiri, dan orang lain. Untuk memutuskan lingkaran penindasan emosi mintalah Allah untuk memberi Anda kesempatan mengungkapkannya kepada orang yang mengerti anda dan memberikan dorongan untuk jujur dengan perasaan anda.

3. Belajar mengampuni

Mengampuni bukan sekedar melupakan kesalahan yang dilakukan seseorang terhadap kita. Mengampuni berarti memaafkan orang untuk kesalahan yang telah diperbuatnya. Mengampuni berarti menunjukkan kasih dan penerimaan, meskipun disakiti. Mengampuni seringkali merupakan suatu proses dan bukan suatu tindakan ‘sekali jadi’.

Pengampunan adalah membuat keputusan secara sadar untuk berhenti membenci karena kebencian itu sama sekali tidak ada gunanya. Kita terus mengampuni sampai rasa sakit itu hilang. Semakin dalam lukanya, semakin besar energi atau daya pengampunan itu diperlukan. Memaafkan bukanlah tindakan yang dilakukan kadang-kadang saja, melainkan merupakan sikap yang permanen. Sama seperti seorang dokter harus membersihkan luka di tubuh kita dan menjaga agar jangan terkena infeksi supaya dapat sembuh dengan baik. Begitu pula kita harus menjaga kebersihan luka-luka batin kita dari kepahitan supaya luka itu cepat sembuh.

Mengampuni adalah antiseptik bagi luka batin kita. Jika kita sudah menerima pengampunan secara cuma-cuma dari Tuhan. Dia meminta kita memaafkan sesama kita yang bersalah kepada kita.

Akhirnya, Menerima Maaf Melegakan Hati. Memaafkan Diri Sendiri itu Sehat. Memaafkan Sesama, itu Ilahi. Melatih Orang Memaafkan, itu Mulia. Membantu Orang Menerima Pengampunan Tuhan, itu memberinya Hidup Kekal.

Dari buku Mencinta Hingga Terluka (Gramedia)

Oleh:
Roswitha Ndraha dan Julianto Simanjuntak

Pengantar: Prof. Irwanto, Ph.D
(Guru Besar Fak Psikologi Unika Atmajaya Jakarta)

Endorsemen oleh Agung Adiprasetyo (CEO Kompas-Gramedia)






sumber : Peduli Konseling Nusantara
Visi: 1 Pusat Konseling setiap Kota (Pelikan, 2030)

"Harapkanlah hal-hal yg besar dari Allah; usahakanlah hal-hal besar bagi Allah." (William Carey)

Selasa, 18 Januari 2011

Pemandangan suatu hari di Larantuka.

Eh pas mau beres-beres file di inbox ku kok sempet baca, artikel yg dulu di sharing sama temen.
Bagus juga sharing tersebut. Yan mengingatkan akan kebersamaan yang akhir-akhir ini mulai luntur.

Berikut ini saya postingkan, semoga menjadi kesejukan bagi pembaca yang budiman.
selamat menyimak.

*Pengalamanya sebagai kepala keluarga membentuk rasa solidaritas di dalam
dirinya.Rasa itu pula yang memacu dia untuk menjadikan rekan-rekan
senasibnya sebagai manusia berdaya.*


Suatu hari di Larantuka, NTT. Sebuah rumah dipadati oleh puluhan perempuan,
tua dan muda. Mereka tengah berdoa dengan melantunkan kidung-kidung pujian.
Tak lama kemudian, acara doa itu pun usai. Beberapa perempuan setengah baya
menghampiri seorang perempuan berjilbab. Memeluk dan membanjiri dia dengan
doa-doa penuh kasih. Diantara mereka bahkan ada yang menangis haru kala
melakukannya.

Nani Zulminarni tak mungkin melupakan peristiwa 5 tahun silam itu. Sebagai
seorang muslim, dirinya merasa kaget bercampur haru.Pikirnya, bagaimana bisa
mereka mau merayakan ulang tahunnyanya sekaligus mendoakan secara tulus
seseorang yang secara formal berbeda keyakinan dengan mereka? "Tapi itu
terjadi, dan saya sadar secara batin kami telah diikat dalam sebuah bentuk
persaudaraan yang melampau batas agama dan etnik,"ujar perempuan kelahiran
Ketapang, 10 September 1962 itu.

Rasa persaudaraan yang disebarkan oleh Nani berawal dari suatu tawaran di
tahun 2000. Saat itu, seorang rekannya di Komisi Nasional Hak Asasi
Perempuan (Komnas Perempuan), meminta tolong kepada dia untuk
mendokumentasikan kehidupan para janda korban konflik di seluruh Indonesia.
Tapi tidak serta merta Nani menerima permintaan itu. Dia malah
berpikir,"Kenapa hanya sekadar mendokumentasikan? Tidak lebih baikkah kalau
mereka sekaligus diberdayakan? "


Sebelum mengiyakan permintaan itu, Nani memutuskan untuk turun langsung
terlebih dahulu ke beberapa daerah konflik.Di Aceh, Maluku dan Kalimantan
Barat,Nani melihat kenyataan para janda korban konflik hidup dalam
penderitaan yang berlipat ganda. Selain harus melawan stigma sosial sebagai
janda, mereka juga harus menghidupi anak-anaknya, "Belum masalah menghadapi
trauma psikologis akibat pembantaian suami-suami mereka."

Nani sadar akan penderitaan mereka. Sebagai seorang yang baru bercerai, dia
pun dapat merasakan beratnya perjuangan mereka mengurus keluarga. "Saya yang
memiliki posisi agak baik dibanding mereka saja, merasa begitu berat secara
psikologis, hukum dan sosial, apalagi mereka"kata ibu dari tiga orang putera
itu.

Hampir di setiap kawasan, Nani menemukan masyarakat selalu menempatkan
janda dalam posisi yang sulit. Kontruksi sosial selalu mengaitkan para janda
hanya dengan status pernikahan dan nilai-nilai. Sedang posisi mereka yang
menjadi pengganti suami dalam menghidupi keluarga malah justru
ternafikan." Secara sosial, mereka tidak diakui sebagai kepala
keluarga,kendati tiap hari mereka bekerja cari kayu bakar ke hutan dan
melaut untuk menghidupi keluarganya, "ujar lulusan Fakultas Perikanan
Institut Pertanian Bogor (IPB) itu.

Itulah yang membuat Nani memutuskan untuk mengganti istilah "janda" dengan
pekka atau perempuan kepala keluarga.Istilah itu diambil Nani dari versi
bahasa Inggris "female headed house hold"."Saya memunculkan kata
itu,mengingat istilah janda sudah terlanjur berlumur tinta hitam,susah
sekali untuk membersihkannya, "tulis Nani dalam Jejak Air, sebuah buku
biografi politiknya.

Tidak hanya berwacana, pada Desember 2001 Nani meluncurkan sebuah program.
Dia memberinya nama Program Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga atau
disingkat Program Pekka.Hingga saat ini Program Pekka sudah mengkoordinasi
sekitar 10.000 rumah tangga di 8 provinsi.

Bentuk kegiatan Program Pekka meliputi berbagai hal. Mulai dari
pemberdayaan ekonomi para perempuan kepala keluarga hingga perajutan kembali
hubungan sosial di antara para perempuan korban konflik. Caranya antara lain
dengan, "Kami membentuk unit-unit usaha, membentuk koperasi dan menjalankan
unit simpan pinjam," ungkap Koordinator Nasional Program Pekka tersebut.


Semua aktifitas itu menjadikan para perempuan kepala keluarga menjadi
berdaya di masyarakat. Mereka tidak harus tergantung lagi kepada rasa belas
kasihan.Otomatis rasa percaya diri pun bertambah. Karena terbiasa diskusi,
beberapa perempuan kepala keluarga malah menjadi tokoh di lingkungan
masyarakatnya. Bahkan di sebuah desa di NTT, seorang perempuan yang aktif di
Program Pekka dipercaya masyarakat untuk memangku jabatan Kepala Desa.


Kendati sudah bisa dikatakan berhasil, tidak berarti Nani berpuas diri.
Bersama 32 tenaga lapangannya, tak jarang dia masih terjun langsung ke
daerah. Menurutnya, ada sebentuk kepuasan spiritual jika dia bertemu dan
bisa bertukar pandangan dengan sesama perempuan kepala keluarga."Kami memang
sudah seperti saudara yang saling menyintai,"katanya.

Ya, cinta memang telah menyatukan semua. Atas namanya, ribuan perempuan
dari ujung Barat hingga Timur merajut sebuah persaudaraan yang indah. Tanpa
kecurigaan, tanpa rasa benci. Tanpa batas suku, tanpa batas agama. Seperti
pemandangan suatu hari di Larantuka.

sumber : ngerumpi.comngerump i.com